Skip to content

PUISI

June 20, 2016

PUISI ‘YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS’

KARYA CHAIRIL ANWAR (1949)

Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,

menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,

malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

 

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin

 

Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang

dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;

tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

 

Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

 

PUISI ‘CINTA YANG AGUNG’

KARYA KAHLIL GIBRAN

Adalah ketika kamu menitikkan air mata
dan masih peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih
menunggunya dengan setia..

Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku
turut berbahagia untukmu’

Apabila cinta tidak berhasil…bebaskan dirimu…
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas lagi ..
Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya..
tapi..ketika cinta itu mati..kamu tidak perlu mati
bersamanya…

Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang..
melainkan mereka yang tetap tegar ketika
mereka jatuh

 

PUISI ‘DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG’

KARYA WS. RENDRA (1960)

Tuhanku,

WajahMu membayang di kota terbakar

dan firmanMu terguris di atas ribuan kuburan yang dangkal

 

Anak menangis kehilangan bapa

Tanah sepi kehilangan lelakinya

Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini

tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

 

Apabila malam turun nanti

sempurnalah sudah warna dosa

dan mesiu kembali lagi bicara

Waktu itu, Tuhanku,

perkenankan aku membunuh

perkenankan aku menusukkan sangkurku

 

Malam dan wajahku

adalah satu warna

Dosa dan nafasku

adalah satu udara.

Tak ada lagi pilihan

kecuali menyadari

biarpun bersama penyesalan

 

Apa yang bisa diucapkan

oleh bibirku yang terjajah ?

Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai

mendekap bumi yang mengkhianatiMu

Tuhanku,

Erat-erat kugenggam senapanku

Perkenankan aku membunuh

Perkenankan aku menusukkan sangkurku

 

PUISI ‘IBU’

KARYA CHAIRIL ANWAR

Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai

Ibu…..

Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah

Ibu…..

Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan Bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan

Namun…..
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu….

Ibu….

Aku sayang padamu…..
Tuhanku….
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya…..

 

 

PUISI ‘CARGOES’

KARYA JOHN MASEFIELD

Quinquireme of Nineveh from distant Ophir,
Rowing home to haven in sunny Palestine,
With a cargo of ivory,
And apes and peacocks,
Sandalwood, cedarwood, and sweet white wine.

Stately Spanish galleon coming from the Isthmus,
Dipping through the Tropics by the palm-green shores,
With a cargo of diamonds,
Emeralds, amythysts,
Topazes, and cinnamon, and gold moidores.

Dirty British coaster with a salt-caked smoke stack,
Butting through the Channel in the mad March days,
With a cargo of Tyne coal,
Road-rails, pig-lead,
Firewood, iron-ware, and cheap tin trays.

 

I was more interested in poetry titled mother by Chairil Anwar, because the mother usually used as an inspiration in a poetry. The mother is the one who always gives advice to his son with great sincerity. for me a mother is everything, without a mother, I’m not going to be like now.

From → Uncategorized

Leave a Comment

Leave a comment